Japanese Industrial Standard (JIS)
Standar JIS dikembangkan oleh Japanese Industrial Standards Comitee yang merupakan bagian dari Kementrian Industri dan Perdagangan Internasional di Jepang. Proses standarisasi dikoordinasikan oleh Jepang Komite Standar Industri dan dipublikasikan melalui Asosiasi Standar Jepang. Standarisasi dengan sistem JIS merupakan salah satu tipe standarisasi atas dasar aplikasi produksi dan grade (kualifikasi untuk aplikasi tertentu).
Standarisasi JIS mempunyai beberapa ketentuan, diantaranya :
- Diawali dengan SS atau G dan diikuti dengan bilangan yang menunjukkan kekuatan tarik minimum dalam kg/mm2.
- Diawali dengan S dan diikuti dengan bilangan yang menunjukkan komposisi kimianya.
- Untuk golongan Stainless Steel biasanya menggunakan grade dari ASTM dengan menggunakan kode huruf SUS diikuti dengan kode angka sesuai dengan AISI atau SAE.
Contoh Standarisasi Baja Karbon dengan JIS :
· JIS G 4105 (Baja karbon Chromium Molybdenum hot rolled).
· JIS G 5101 (Baja karbon cor).
· JIS G 3201 (Baja karbon tempa).
· JIS G 3102 (Baja karbon untuk konstruksi mesin).
· JIS G 3101 (Baja karbon untuk konstruksi biasa).
Link Terkait:
- Jenis-jenis Wear Plate dan Aplikasinya
- Cara Pengujian Kekerasan Brinell (HB)
- Daftar Berat Jenis Steel dan Non Ferrous Metal
- Tabel Persamaan (equivalent) Material Stainless Steel
- Jenis-jenis Bronze dan Aplikasinya
- Heksagonal Stainless steel
- Cara Menghitung Berat Plat Kapal
Deutsches Institut für Normung (DIN)
DIN standard dikembangkan oleh Deutsches Institut fur Normung di Negara Federal Republic Jerman. Semua spesifikasi baja yang dihasilkan oleh Jerman diawali dengan huruf DIN diikuti huruf atau nomor.
Contoh: ST37
2. Diawali dengan ST dan diikuti bilangan yang menunjukan komposisi kimianya.
Contoh: DIN ST C 35 = Baja dengan kadar karbon 0,35 %
3. Baja paduan rendah, angka sebelum huruf menunjukkan kadar karbon, huruf menunjukan unsur paduan diikuti beberapa angka yang menunjukkan:
- Jumlah per empat persen untuk Cr, Co, Mn, Ni, Si, W.
Contoh: DIN 15Cr3 = Baja dengan 0,15 % C dan ¾ % Cr.
- Jumlah per sepuluh persen untuk Al, Be, Pb, Cu, Mo, Nb, Ta, Ti, V dan Zr.
Contoh: DIN 13CrMo44 = Baja dengan 0,13% C, 4/4 % Cr dan 4/10 % Mo,
4. Baja paduan tinggi, sebelum angka pertama diberi huruf X. Angka sesudahnya menunjukkan kadar karbon dan angka dibelakang nama unsur paduan langsung menunjukan persentasenya.
Contoh: DIN X45CrSi9 = Baja dg 0,45 % C , 9 % Cr dan sedikit Si
Standarisasi DIN mempunyai beberapa ketentuan, diantaranya :
1. Diawali dengan ST dan diikuti bilangan yang menunjukan kekuatan tarik minimumnyaContoh: ST37
ST memiliki makna baja (dalam bahasa Jerman: stahl; dalam bahasa Inggris: steel).
37 memiliki makna kekuatan tarik sebesar 37 kg/mm2 atau sekitar 360-370 N/mm2.
Sehingga ST menunjukkan baja struktural, sedangkan dua digit di belakang menunjukkan kekuatan tarik dalam kg/mm2. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ST37 merupakan baja struktural dengan kekuatan tarik sebesar 37 kg/mm2.
Contoh lain:
ST44
44 memiliki makna kekuatan tarik sebesar 44 kg/mm2.
Sehingga ST44 merupakan baja struktural dengan kekuatan tarik sebesar 44 kg/mm2.
ST50 merupakan baja struktural dengan kekuatan tarik sebesar 50 kg/mm2.
ST52 merupakan baja struktural dengan kekuatan tarik sebesar 52 kg/mm2.
ST90 merupakan baja struktural dengan kekuatan tarik sebesar 90 kg/mm2.
dst.
Di belakang angka pada penomoran DIN 17100 biasanya dijumpai angka lain yang dipisahkan dengan tanda sambung/penghubung. Contohnya sebagai berikut: ST37-2, ST37-3, ST44-2, ST44-3, dst.
ST37-2
ST37 bermakna sama yakni baja struktural dengan kekuatan tarik sebesar 37 kg/mm2. Di belakang tanda penghubung terdapat angka satuan (satu digit angka; dalam contoh tersebut angka 2). Angka tersebut secara umum menandakan bahwa baja tersebut lebih murni. Semakin besar angka yang ada di belakang tanda penghubung maka semakin besar tingkat kemurnian baja tersebut. Untuk lebih mudah dapat diartikan sebagai berikut:
ST37-2 lebih murni dibandingkan dengan ST37.
ST37-3 lebih murni dibandingkan dengan ST37-2 dan ST37.
Contoh lain:
ST44-2 lebih murni dibandingkan dengan ST44.
ST44-3 lebih murni dibandingkan dengan ST44-2 dan ST44.
Telah dijelaskan bahwa semakin besar angka di belakang tanda penghubung maka semakin tinggi tingkat kemurnian baja. Apa maksud dari “tingkat kemurnian yang semakin tinggi” atau “lebih murni” dalam baja struktural ini? Maksud dari hal tersebut akan dijelaskan dengan contoh sebagai berikut:
ST37-2 banding ST37-3
ST37-2 mengandung 0,21-0,25% karbon; 0,065% phosphorus; 0,065% sulfur; dan 0,010% nitrogen.
ST37-3 mengandung 0,19% karbon; 0,050% phosphorus; 0,050% sulfur; dan 0,0% nitrogen.
Berdasarkan kedua pernyataan tersebut, ST37-3 mengandung campuran atau paduan yang lebih sedikit daripada ST37-2. Oleh karena itu ST37-3 lebih murni dibandingkan dengan ST37-2.
Saat ini penomoran DIN 17100 sudah jarang dijumpai. Penggunaan notasi DIN 17100 diganti dengan notasi yang baru yakni DIN EN 10025.
Berikut beberapa contoh perubahan dari notasi DIN 17100 ke notasi DIN EN 10025.
ST37 menjadi S235 (S235 baja struktural dengan kekuatan yield minimum 235 N/mm2)
ST44 menjadi S275 (S275 baja struktural dengan kekuatan yield minimum 275 N/mm2)
ST52 menjadi S355
ST50 menjadi E295 (E295 baja struktural dengan kekuatan yield minimum 295 N/mm2)
ST60 menjadi E335
dst
2. Diawali dengan ST dan diikuti bilangan yang menunjukan komposisi kimianya.
Contoh: DIN ST C 35 = Baja dengan kadar karbon 0,35 %
3. Baja paduan rendah, angka sebelum huruf menunjukkan kadar karbon, huruf menunjukan unsur paduan diikuti beberapa angka yang menunjukkan:
- Jumlah per empat persen untuk Cr, Co, Mn, Ni, Si, W.
Contoh: DIN 15Cr3 = Baja dengan 0,15 % C dan ¾ % Cr.
- Jumlah per sepuluh persen untuk Al, Be, Pb, Cu, Mo, Nb, Ta, Ti, V dan Zr.
Contoh: DIN 13CrMo44 = Baja dengan 0,13% C, 4/4 % Cr dan 4/10 % Mo,
4. Baja paduan tinggi, sebelum angka pertama diberi huruf X. Angka sesudahnya menunjukkan kadar karbon dan angka dibelakang nama unsur paduan langsung menunjukan persentasenya.
Contoh: DIN X45CrSi9 = Baja dg 0,45 % C , 9 % Cr dan sedikit Si