Sejarah Penemuan Stainless Steel



Siapa Penemu Stainless Steel?

Baja tahan karat (stainless steel) – paduan besi dan kromium – pertama kali dikenali pada tahun 1821 oleh Pierre Berthier, seorang ahli metalurgi Prancis. Eksperimen dengan menambahkan elemen lain ke besi sudah cukup umum dilakukan, dengan tingkat keberhasilan yang belum memuaskan.

Ahli metalurgi saat itu tidak dapat menemukan keseimbangan antara kromium tinggi dan karbon rendah yang membuat stainless steel modern begitu efektif. Produk yang mereka hasilkan terlalu rapuh untuk penggunaan praktis.

Pada tahun 1872, dua orang Inggris bernama Clark dan Woods mematenkan paduan yang sangat mirip dengan stainless steel modern – kombinasi kromium (30-35%) dan tungsten (2%).

Tentu saja, 'penemu' adalah istilah yang ambigu, terutama dengan sesuatu yang ada di mana-mana dan mendasar seperti baja.

Selama 40 tahun berikutnya, lebih banyak perkembangan dilakukan di seluruh dunia, masing-masing mencatat hubungan antara kromium dan baja dan hasil tahan karat dari perkawinan antara keduanya. Namun, upaya ini tidak membuahkan hasil yang memuaskan meskipun sudah banyak paten telah didaftarkan, tidak ada paduan yang diproduksi secara massal atau dipasarkan ke masyarakat umum.

Namun, baru pada tahun 1912 metode yang dapat diandalkan untuk memproduksi stainless steel secara massal ditemukan. Pada tahun 1871 – 1948 riset tentang stainless steel dilakukan seorang yang bernama Harry Brearley. Brearley sejak kecil sudah akrab dengan dunia yang berhubungan dengan industri baja, ayahnya adalah seorang pekerja di suatu pabrik baja.



Pada usia 12 tahun, Brearley sudah bekerja di pabrik baja tempat ayahnya bekerja. Setelah itu, karena kepintarannya ia menjadi asisten di laboratorium kimia, sehingga semakin mengerti tentang ilmu logam dan senyawa.

Brearley juga sempat belajar ke pabrik di luar negeri untuk memperdalam ilmu dan wawasannya tentang ilmu logam. 

Pada tahun 1908, dua pabrik baja besar di Sheffield (Inggris) setuju untuk membiayai laboratorium riset umum, yaitu Brown Firth Research Laboratories. Di laboratorium tersebut, Brearley muda memimpin proyek riset umum tersebut.

Pada tahun 1912, laboratorium Brown Firth Research Laboratories meneliti daya tahan karat laras senapan, masalahnya adalah baja yang terdapat pada laras senapan tersebut tidak tahan dengan suhu tinggi dan mulai mudah karat. Belajar dari insiden tersebut, Brearley akhirnya mulai menguji penambahan kandungan kromium ke baja untuk mengurangi proses pengaratan. Penelitian ini berfokus pada penghitungan sejumlah tingkat karbon, kromium, dan besi yang diberikan. Dari hasil eksperimen tersebut, minimal diperlukan 12% kromium agar besi bisa tahan akan karat.

Dari eksperimen yang dilakukan Brearley akhirnya terlihat bahwa ukuran atom pada unsur kromium dan oksidanya, ternyata sama persis sehingga bisa menutup rapat satu sama lainnya di permukaan besi. Jika permukaan besi itu tergurat, secara otomatis lapisan passive film ( tabir kasat mata hasil kromium jika terpapar oksigen ) akan langsung terbentuk kembali untuk melindung permukaan besi dari oksidasi karat.



Kapan stainless steel ditemukan?

Stainless steel pertama kali ditemukan dan diproduksi secara massal pada tanggal 13 Agustus 1913 di laboratorium Brown-Firth berkat hasil eksperimen dari Harry Brearley. Penemuan itu diumumkan dua tahun kemudian dalam artikel surat kabar Januari 1915 di The New York Times yang menggambarkan logam itu sebagai "tidak berkarat, dan tidak ternoda". 

Pada tahun yang sama, Brearly mengajukan paten di AS, hanya untuk menemukan bahwa sudah ada paten yang didaftarkan oleh ahli metalurgi Elwood Haynes.

Namun nama Harry Brearley lah yang dikenal dan diabadikan sebagai penemu Stainless Steel, karena dia berhasil membuat stainless steel yang dapat diproduksi secara massal. Hingga akhirnya si penemu stainless steel Harry Brearley meninggal di daerah Torquay, Inggris, Britania Raya pada usia 77 tahun tertanggal pada 14 Juli 1948.


Sejarah Penemuan Stainless Steel

Namun, penelitian stainless steel ternyata terjadi jauh sebelum itu. Penemunya adalah orang Persia. Dilansir di IFL Science, Dr Rahil Alipour, arkeolog dari University College London telah menemukan bukti bahwa orang Persia adalah pembuat baja yang sangat ahli. Bangsa Persia selama ratusan tahun memiliki gagasan yang sangat bagus tentang apa yang mereka lakukan.

Buktinya tidak hanya berasal dari baja kuno, tetapi dari sebuah manuskrip berjudul al-Jamahir fi Marifah al-Jawahi ('Ringkasan untuk Mengetahui Permata') dari abad ke-10 atau ke-11 menurut kalender barat.

Ringkasan tersebut mencakup formula untuk membuat baja dalam wadah. Itu adalah satu-satunya dokumen yang diketahui ada dari era ketika beberapa pembuat baja melek huruf.

Penulisnya, Abu-Rayhan Biruni, yang terkenal dengan luasnya pengetahuannya, merujuk pada bahan penting untuk pembuatan baja. Namun, perjalanan waktu berarti bahwa para sarjana modern tidak yakin apa sebenarnya bahan yang dibicarakan Biruni.





Dalam Journal of Archaeological Science, Alipour berpendapat bahwa bahan rahasia Biruni adalah kromit, yang kaya akan kromium.

"Penelitian kami memberikan bukti pertama dari penambahan yang disengaja dari mineral kromium dalam produksi baja," kata arkeolog, Alipour.

Dokumen kuno menyebut Chahak, Persia, sebagai pusat pembuatan baja. Alipour dan rekan penulis menemukan potongan baja tertinggal di terak wadah yang ditemukan di salah satu desa Iran yang dikenal sebagai Chahak.

Ini mengandung 1-2 persen kromium, jauh lebih sedikit daripada yang digunakan dalam baja tahan karat, tetapi cukup untuk memberikan ketahanan terhadap korosi.

Alipour juga menerjemahkan sebuah manuskrip abad ke-13 yang memuji baja Chahak karena polanya yang indah, tetapi menyebut pedangnya sebagai pedang yang rapuh.

Produksi baja pada mulanya lebih merupakan seni daripada sains. Akibatnya, penemuan jejak kromium dalam senjata dan peralatan baja kuno telah dianggap sebagai hal yang tidak disengaja.

Di era ketika kehidupan tentara bergantung pada umur panjang senjata mereka tetapi memiliki cukup waktu untuk membersihkannya, antikarat kurang penting daripada ketahanan. Namun demikian, jika metode itu diawetkan, itu bisa dengan mudah mengarah ke teknik pembuatan baja modern jauh sebelum ditemukan.




Referensi:
  • Republika
  • wikipedia